Editorial Sulut News
Monday 15 April 2024, Monday, April 15, 2024 WIB
Last Updated 2024-04-15T09:38:02Z
HeadlineKota Tomohon

Catatan Redaksi : Dipilkada nanti, akankah Caroll mengalami nasib sama seperti Ganjar?

 


ESN.co.id - Menjaga elektabilitasnya supaya tidak terus merosot membuat Caroll Senduk harus menggunakan segala cara, guna mendongkrak tingkat kepopulerannya menjelang Pilkada Kota Tomohon, bulan November mendatang.

Apalagi, pasangannya dahulu saat Pilkada 2019 yakni Wenny Lumentut (WL), telah resmi menyatakan diri maju menjadi calon Walikota dari jalur perseorangan, bersama Penatua Michael Mait.

Majunya WL ini, lebih membuat Caroll berpikir 1001 cara, supaya bisa kembali merebut kursi orang nomor 1 di Kota Tomohon. Selain WL merupakan lawan terberat Caroll saat ini, mayoritas warga berpendapat bahwa, pada Pilkada 2019 silam, karena faktor WL-lah sehingga Caroll bisa duduk dikursi empuk Walikota.

Mayoritas pendapat warga itu tentulah beralasan, karena redaksi mencatat bahwa saat maju di Pilkada 2010 silam dan berpasangan dengan Agust El Paat (alm), Caroll hanya berhasil mendulang suara sebesar 11.038 suara, kalah telak dari pasangan Jefferson Rumajar - Jimmy F Eman yang meraup suara sebesar 20.708.

Oleh karena itu, sudah barang tentu segala cara termasuk yang (mungkin) jarang atau tidak pernah dilakukan, (sekali lagi) harus dia lakukan, supaya bisa dianggap sebagai figur yang dekat dengan kaum milenial.

Contohnya, baru-baru ini, Caroll tiba-tiba menggelar nonton bareng di Bioskop bersama para 'kaum milenial'. Padahal faktanya, para kaum milenial yang diajaknya nonton bareng itu, mayoritas terdiri dari para honorer dan staf di Dinas Pariwisata.

Selain itu, dari seluruh rekam jejak postingan di media sosial, baru kali ini Caroll memposting foto nonton bareng atau foto sedang berada di bioskop.

Sementara dari catatan redaksi juga, kaum milenial 'sesungguhnya' yang justru harus diperhatikan, tidak mendapatkan jatah perhatian dari Caroll.

Sebutlah pertunjukan musik dan lagu yang mengakomodir kepentingan kaum milenial, tidak pernah digelar. Sarana dan prasarana olahraga untuk kaum milenial yang bisa menjangkau seluruh kaum milenial di Kota Tomohon, juga tidak pernah diadakan.

Yang ada hanyalah 'pertunjukan' KKR, yang wajib diikuti oleh seluruh honor, ASN dan pejabat, mulai dari tingkat SKPD hingga Kelurahan dan Lingkungan, tanpa diikuti oleh masyarakat.

Selain itu, Caroll kini lebih terlihat intens mengunjungi kegiatan duka warga dengan mengajak istrinya dan kini rajin menggelar kunjungan ke pasar Beriman, meski respon warga tampak biasa-biasa saja, menanggapi kehadiran Walikota Tomohon itu.

Caroll juga kini terlihat sibuk mencitrakan diri di media, dengan dukungan pemberitaan dari para 'wartawan-nya' yang terkadang dilebih-lebihkan dan dibuatkan opini Caroll seolah berhasil.

Yang teranyar adalah pemberitaan mengenai Index Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Tomohon seolah menjadi yang terbaik di Sulut, dan dibuatkan opini oleh salah satu media online, adalah hasil kerja keras Caroll Senduk.

Padahal faktanya, IPM terbaik di Sulut adalah Kota Manado, sementara Kota Tomohon hanya menempati posisi nomor urut dua perolehan poin tertinggi.

Jumawa dengan IPM, Caroll sendiri lupa dan 'sengaja' menyamarkan fakta bahwa tingkat pengangguran di Kota yang sedang dipimpinya, adalah yang kedua terbesar di Sulawesi Utara, setelah Kota Manado, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS).

Pendek kata, Caroll saat ini hanya menggantungkan harapan dari posisinya sebagai walikota Incumbent, karena sebagai incumbent, Caroll merasa bisa menggerakkan struktur pemerintahannya secara masif, guna mendongkrak kemenangan dirinya dalam Pilkada nanti.

Padahal sesungguhnya, selama hampir empat tahun memimpin, Caroll banyak membuat kebijakan kurang populis, yang tanpa mempertimbangkan sisi kemanusiaan, tega menonjobkan sejumlah ASN dan Pejabat.

Bahkan dia tega membiarkan tenaga honor yang telah bekerja lebih dari 5-10 tahun di Pemkot Tomohon, diberhentikan hanya karena alasan mendukung partai lain atau calon lain dalam Pemilu barusan, serta dianggap lebih berpihak kepada seterunya saat ini yakni WL.

Belum lagi dominasi sang ibu suri, yang terkadang membuat Caroll tidak bisa berkonsentrasi  mengurus pemerintahan secara profesional, dan lebih mementingkan kepentingan keluarganya, ketimbang profesionalitas dirinya selaku Walikota.

Belum lagi isue soal catering, bunga ucapan dan proyek, yang diduga dikuasai oleh lingkaran keluarga dan orang dekat, dan diduga tidak pernah mengakomodir para UMKM serta penyedia barang dan jasa lainnya, yang berasal dari masyarakat.

Dari semua ulasan diatas, yang belum sepenuhnya terumbar secara lengkap, pada akhirnya menimbulkan pertanyaan, bisakah Caroll Senduk menang lagi di Pilkada Kota Tomohon November mendatang?

Atau jangan-jangan dia bakal mengikuti jejak Ganjar Pranowo, Calon Presiden dari PDI Perjuangan, yang kalah telak di Kota Tomohon dengan hanya mengoleksi prosentase suara sebanyak 24 % sementara Prabowo Gibran 74,2 %, meski oleh Caroll Ganjar sempat di datangkan di pasar Beriman.

Biarlah masyarakat yang menilai.

Salam...
Redaksi