Editorial Sulut News
Thursday 25 July 2019, Thursday, July 25, 2019 WIB
Last Updated 2019-08-23T03:38:50Z
Kota Tomohon

Usai pasar segar disulap menjadi pasar cabo, giliran pasar ikan yang terancam mubasir di Pasar Beriman Tomohon

[caption id="attachment_17481" align="alignnone" width="1112"] Seorang ibu sedang mengemas dagangannya untuk pindah dari pasar ikan[/caption]

ESN, Tomohon - Jargon Tomohon Tangguh yang banyak didengungkan oleh para pengidola pasangan Walikota Jimmy Feidy Eman-Wakil Walikota Sherly Adelyn Sompotan, ternyata berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Tomohon ternyata tidaklah setangguh seperti yang mereka sering sebutkan. Pembangunan sarana fisik kadangkala tidak didahului perencanaan yang matang, sehingga pada akhirnya mubasir.

Contohnya adalah bangunan pasar segar yang diresmikan penggunaannya pada 4 September 2014 silam oleh Wakil Menteri Perdagangan RI, Bayu Krisnamukti, kini hanya difungsikan sebagai pasar baju bekas (Cabo).

Padahal pasar yang dibangun dengan anggaran miliaran rupiah itu, sesuai perutukannya adalah dibuat untuk para pedagang sayur dan buah.

" Dipasar segar semua sayur dan buah yang dijual semuanya telah higienis, karena di pasar segar tersebut ada tempat proses cuci sekaligus pengepakan, ” ujar Albert Tulus, Kepala Disperindag Kota Tomohon kala itu.

Kini, persoalan baru kembali muncul manakalah bangunan pasar ikan yang dibangun menggunakan anggaran Miliaran rupiah pada tahun 2018 silam, juga terancam mubasir.

Para pedagang ikan, yang awalnya ditempatkan di pasar itu, kini semuanya telah kembali lagi berjualan di sepanjang ruas jalan yang terletak di depan pasar ikan itu.

[caption id="attachment_17482" align="alignnone" width="1112"] Para pedagang yang kembali menempati ruas jalan didepan bangunan baru pasar ikan[/caption]

Usut punya usut, ternyata penyebabnya, selain ketiadaan air, juga karena lapak yang dibangun untuk menggelar dagangan terlalu tinggi, sehingga mereka kesulitan saat akan berinteraksi baik dengan dagangannya maupun dengan para pembeli.

" Sedangkan orang bertubuh tinggi saja kesulitan, nah apalagi saya yang bertubuh pendek ini," kata seorang ibu pedagang ikan, yang ketika ditemui ESN sementara mengemas dagangannya untuk dipindahkan.

Tidak hanya pasar ikan yang dikeluhkan hingga akhirmya kini tidak berfungsi. Bangunan ruko yang terletak di sampingnya juga dikeluhkan pedagang. Kata mereka, luas bangunan ruko tersebut terlalu sempit untuk digunakan.

" Bagaimana kami akan menampung berkarung-karung beras, terigu dan gula. Belum galon minyak serta dagangan lainnya?," keluh salah seorang pedagang yang enggan namanya disebut.

Sementara hingga berita ini diturunkan, dinas terkait maupun PD Pasar, belum berhasil dihubungi untuk dikonfirmasi.

(Marcel*)