Editorial Sulut News
Tuesday 16 June 2015, Tuesday, June 16, 2015 WIB
Last Updated 2019-08-23T03:30:56Z
Kota Tomohon

Ini jawaban Sinode soal Chamry Hybrid DB 1 S

ESN - Ramai dibicarakan di media sosial (medsos) soal penggunaan mobil mewah jenis Toyota Chamry Hybrid DB 1 S yang kini digunakan oleh Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GMIM, membuat BPMS GMIM angkat bicara.

Saat ditemui sejumlah Wartawan sore tadi (16/6), BPMS GMIM melalui bendaharanya Recky Montong mengatakan bahwa mobil mewah tersebut dibeli bukan diambil dari uang sentralisasi jemaat, melainkan berasal dari bunga yang dihasilkan dari uang Sinode yang didepositokan ke Bank Sulut.

Dengan kata lain, lanjut Montong sebenarnya mobil tersebut adalah "bunga deposite" dalam bentuk mobil dari Bank Sulut.

"jadi, benar kami membeli mobil tersebut, tapi bukan dari sentralisasi jemaat melainkan dari bunga bank Sulut dalam bentuk mobil" ungkap Montong mengklarifikasi.

Lanjut dia, sebenarnya bukan hanya satu mobil yang dibeli pihaknya, melainkan dua buah yakni masing masing Toyota Fortuner dan Chamry Hybrid dengan total kurang lebih Rp 1,2 Miliard. Total pembelian mobil tersebut sesuai dengan jumlah bunga yang diterima dari bank Sulut tadi.

"awalnya kami akan membeli 1 mobil saja yakni Toyota Land Cruiser, namun harganya terlalu mahal, jadi daripada beli satu mobil, ya kita beli dua saja tapi harganya untuk 1 mobil" ujarnya lagi.

Sementara itu terkait adanya suara jemaat yang mengatakan harusnya uang untuk membeli mobil tersebut disumbangkan saja ke Jemaat untuk pembangunan jemaat, dikatakan Montong bahwa Sinode dapat memberi uang ke jemaat tapi hanya untuk pembayaran gaji Pendeta saja.

Untuk itu harap Montong, agar pembelian mobil tersebut supaya tidak usah dipermasalahkan lagi, karena sumber dananya sudah jelas yakni bukan dari uang sentralisasi Jemaat.

Sementara itu terkait adanya beda pendapat termasuk protes dari Jemaat di medsos ditanggapinya positif, karena hal tersebut menandakan Jemaat GMIM adalah Jemaat yang kritis untuk tujuan kebaikan.

"berbagai komentar di medsos yang jumlahnya sudah mencapai ratusan menandakan bahwa Jemaat GMIM semakin dewasa dan kritis dan tidak diam ketika ada permasalahan dilingkungan Gereja," pungkas Montong.

(Marcel)